Jakarta — Setiap 25 November Hari Guru Nasional, tidak hanya menjadi ajang seremonial, tetapi juga ruang refleksi bagi bangsa untuk menilai kembali bagaimana negara memperlakukan mereka yang berada di garda terdepan pendidikan. Di balik keberhasilan siswa-siswa berprestasi, terdapat sosok-sosok guru yang bekerja dalam senyap, mengorbankan waktu, tenaga, dan sering kali mengorbankan kesejahteraannya sendiri.
Di banyak daerah, terutama wilayah yang jauh dari pusat pertumbuhan ekonomi, kisah para guru berjalan lebih sunyi dibandingkan narasi pembangunan. Upah yang diterima tidak jarang hanya cukup untuk kebutuhan pokok, bahkan ada yang harus menempuh perjalanan puluhan kilometer setiap hari hanya untuk memastikan satu ruang kelas tetap hidup. Namun, ironi tersebut tidak pernah memadamkan komitmen mereka terhadap masa depan generasi emas Indonesia.
Hasil Riset terbaru “Kesejahteraan Guru di Indonesia (2025)” mengungkap fakta yang mengejutkan masih banyak guru honorer di berbagai daerah, termasuk Aceh, menerima penghasilan hanya Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta per bulan, jauh di bawah UMR/UMK. Beban kerja mereka tinggi, namun pendapatan tidak berbanding lurus dengan tanggung jawab.
Di balik setiap siswa yang berhasil melangkah ke jenjang lebih tinggi, selalu ada sosok guru yang mengorbankan waktu dan tenaga tanpa pamrih. Mereka bekerja lebih lama daripada jam kerja formal., menyusun materi, membimbing tugas, memotivasi siswa yang nyaris menyerah, bahkan menjadi tempat cerita bagi anak-anak yang mengalami tekanan sosial. Semua dilakukan bukan karena imbalan, tetapi karena keyakinan bahwa pendidikan adalah jembatan menuju masa depan yang lebih layak.
Hari Guru Nasional 2025 bukan sekadar seremoni tahunan. Ia adalah pengingat bahwa bangsa ini berdiri karena pengabdian yang terus menyala, meski sering kali tak terlihat. Di saat berbagai sektor berlomba menuntut peningkatan upah dan fasilitas, para guru tetap berdiri pada garis terdepan dengan modal utama: keikhlasan.
Meski menghadapi banyak keterbatasan, kesejahteraan minim, tekanan pekerjaan tinggi, fasilitas terbatas., para guru tetap menjadi lentera yang menerangi masa depan anak-anak Indonesia. Hari Guru Nasional 2025 menjadi momen bagi bangsa untuk tidak hanya mengucapkan terima kasih, tetapi juga merumuskan perubahan yang nyata dan berkelanjutan.
Sebagaimana Pepatah Mengatakan:
Pada akhirnya, para guru menunjukkan satu pelajaran berharga: bahwa pengabdian, ketika dilandasi cinta kepada pengetahuan dan masa depan bangsa, mampu mengalahkan segala kekurangan.
Penulis:
Muhammad Rizki Saputra, S.Pd.
(Awardee LPDP BIB Kementerian Agama/ Mahasiswa Program Magister UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

