![]() |
Dok. Sindonews |
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 22 Tahun 2022 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). SE yang ditandatangani Ketua Satgas Suharyanto pada tanggal 8 Juli 2022 ini berlaku efektif sejak 17 Juli 2022.
“Surat Edaran ini berlaku efektif mulai tanggal 17 Juli 2022 sampai dengan waktu yang ditentukan kemudian,” ditegaskan Ketua Satgas dalam SE.
Maksud SE ini adalah untuk menerapkan protokol kesehatan terhadap pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) pada masa pandemi COVID-19 dan tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya peningkatan penularan COVID-19.
Di dalam SE disebutkan sejumlah dasar hukum, salah satunya adalah Hasil Keputusan Rapat Terbatas (Ratas) pada tanggal 4 Juli 2022.
Adapun ketentuan protokol kesehatan yang tertuang dalam SE adalah sebagai berikut:
1. PPLN memasuki wilayah Indonesia melalui pintu masuk (entry point) perjalanan luar negeri sebagai berikut:
a. Bandar Udara (Bandara) di 16 titik yaitu Bandara
Soekarno-Hatta di Banten, Bandara Juanda di Jawa Timur, Bandara Ngurah
Rai di Bali, Bandara Hang Nadim dan Bandara Raja Haji Fisabilillah di
Kepulauan Riau, Bandara Sam Ratulangi di Sulawesi Utara, Bandara
Zainuddin Abdul Madjid di Nusa Tenggara Barat, Bandara Kualanamu di
Sumatra Utara, Bandara Sultan Hasanuddin di Sulawesi Selatan, Bandara
Yogyakarta di Daerah Istimewa Yogyakarta, Bandara Sultan Iskandar Muda
di Aceh, Bandara Minangkabau di Sumatra Barat, Bandara Sultan Mahmud
Badaruddin II di Sumatra Selatan, Bandara Adisumarmo di Jawa Tengah,
Bandara Syamsuddin Noor di Kalimantan Selatan, dan Bandara Sultan Aji
Muhammad Sulaiman, Sepinggan di Kalimantan Timur.
b. Pelabuhan laut, seluruh pelabuhan laut internasional di
Indonesia dibuka sebagai pintu masuk perjalanan luar negeri melalui
pertimbangan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian
Perhubungan (Kemenhub).
c. Pos Lintas Batas Negara (PLBN), yaitu di PLBN Aruk, PLBN Entikong, dan PLBN Nanga Badau di Kalimantan Barat, PLBN Motaain, PLBN Motamasin, dan PLBN Wini di Nusa Tenggara Timur, serta PLBN Skouw dan PLBN Sota di Papua.
2. Bandara Sultan Iskandar Muda, Bandara Minangkabau, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Bandara Adisumarmo, Bandara Syamsuddin Noor, dan Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan hanya ditujukan sebagai pintu masuk bagi PPLN yang terlibat dalam program haji dan dibuka dalam rentang waktu 4 Juni 2022 hingga 15 Agustus 2022.
3. PPLN diizinkan memasuki Indonesia dengan tetap mengikuti protokol kesehatan ketat sebagaimana ditetapkan pemerintah.
4. WNA PPLN dapat memasuki wilayah Indonesia dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sesuai dengan ketentuan mengenai keimigrasian yang diatur oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham);
b. Sesuai skema perjanjian (bilateral), seperti travel corridor arrangement (TCA); dan/atau
c. Mendapatkan pertimbangan/izin khusus secara tertulis dari kementerian/lembaga (K/L).
5. Ketentuan/persyaratan untuk memasuki wilayah Indonesia melalui entry point adalah sebagai berikut:
a. mematuhi ketentuan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah;
b. PPLN diwajibkan menggunakan aplikasi PeduliLindungi dan mengunduh aplikasi tersebut sebelum keberangkatan;
c. menunjukkan kartu/sertifikat (fisik ataupun digital) telah menerima vaksin COVID-19 dosis kedua seminimalnya empat belas hari sebelum keberangkatan sebagai persyaratan memasuki Indonesia dengan ketentuan sebagai berikut:
i. WNI PPLN yang belum mendapatkan vaksin akan divaksinasi di entry point perjalanan luar negeri setelah dilakukan pemeriksaan gejala di entry point saat kedatangan atau di tempat karantina setelah dilakukan pemeriksaan RT-PCR di hari ke-4 karantina dengan hasil negatif;
ii. WNA PPLN yang sudah berada di Indonesia dan akan melakukan
perjalanan, baik domestik maupun internasional, diwajibkan untuk
melakukan vaksinasi melalui skema program atau gotong royong sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
iii. kartu/sertifikat (fisik ataupun digital) telah menerima vaksin
COVID-19 dosis kedua tertulis dalam bahasa Inggris, selain dengan bahasa
negara asal.
d. kewajiban menunjukkan kartu/sertifikat vaksinasi COVID-19 (fisik ataupun digital) sebagaimana dimaksud pada huruf c dikecualikan kepada:
i. WNA PPLN pemegang visa diplomatik dan visa dinas yang terkait dengan
kunjungan resmi/kenegaraan pejabat asing setingkat menteri ke atas dan
WNA yang masuk ke Indonesia dengan skema TCA, sesuai prinsip resiprositas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat;
ii. WNA PPLN yang belum melakukan vaksinasi dan bermaksud melakukan
perjalanan domestik dalam rangka melanjutkan perjalanan dengan
penerbangan internasional keluar dari wilayah Indonesia, diperbolehkan
untuk tidak menunjukkan kartu/sertifikat vaksinasi COVID-19 selama tidak
keluar dari area bandara selama transit menunggu penerbangan
internasional yang hendak diikuti, dengan persyaratan:
1) telah diizinkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) setempat untuk
melakukan perjalanan domestik dalam rangka melanjutkan perjalanan
dengan penerbangan internasional keluar dari wilayah Indonesia; dan
2) menunjukkan jadwal tiket penerbangan keluar Indonesia untuk direct transit dari kota keberangkatan menuju bandara internasional di wilayah Indonesia dengan tujuan akhir ke negara tujuan.
iii. PPLN usia di bawah 18 tahun;
iv. PPLN yang telah selesai menjalankan isolasi atau perawatan COVID-19
dan telah dinyatakan tidak aktif menularkan COVID-19 namun belum bisa
mendapatkan vaksinasi dosis kedua, dengan persyaratan wajib melampirkan
surat keterangan dokter dari rumah sakit pemerintah negara keberangkatan
atau Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada negara keberangkatan yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah tidak aktif menularkan COVID-19
atau COVID-19 recovery certificate; dan
v. PPLN dengan kondisi kesehatan khusus atau penyakit komorbid yang
menyebabkan tidak dapat menerima vaksin, dengan syarat wajib
melampirkan surat keterangan dokter dari rumah sakit pemerintah negara
keberangkatan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan belum dan/atau
tidak dapat mengikuti vaksinasi COVID-19.
e. dalam hal PPLN akan melakukan karantina terpusat dengan
pembiayaan mandiri, wajib menunjukkan bukti konfirmasi pembayaran atas
pemesanan tempat akomodasi karantina dari penyedia akomodasi selama
menetap di Indonesia;
f. pada saat kedatangan, PPLN diwajibkan menjalani pemeriksaan gejala yang berkaitan dengan COVID-19 termasuk pemeriksaan suhu tubuh dan melanjutkan dengan ketentuan sebagai berikut:
i. dalam hal PPLN terdeteksi memiliki gejala yang berkaitan dengan
COVID-19 dan/atau memiliki suhu tubuh di atas 37,5 derajat celsius,
wajib menjalani pemeriksaan konfirmasi RT-PCR dengan biaya ditanggung
oleh pemerintah bagi WNI dan biaya ditanggung secara mandiri bagi WNA;
atau
ii. dalam hal PPLN terdeteksi tidak memiliki gejala yang berkaitan
dengan COVID-19 dan memiliki suhu tubuh di bawah 37,5 derajat celsius,
dapat melanjutkan perjalanan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) bagi PPLN yang belum bisa mendapatkan vaksinasi atau telah menerima
vaksin dosis pertama seminimalnya 14 hari sebelum keberangkatan,
diwajibkan melakukan karantina selama 5 x 24 jam;
2) bagi PPLN yang telah menerima vaksin dosis kedua atau ketiga
seminimalnya 14 hari sebelum keberangkatan, diperkenankan melanjutkan
perjalanan;
3) bagi PPLN usia di bawah 18 tahun dan/atau membutuhkan perlindungan
khusus, maka pengaturan karantina mengikuti ketentuan yang diberlakukan
kepada orangtua atau pengasuh/pendamping perjalanannya; atau
4) bagi PPLN dengan kondisi kesehatan khusus atau penyakit komorbid yang
menyebabkan pelaku perjalanan belum dan/atau tidak dapat mengikuti
vaksinasi COVID-19 dan PPLN yang telah selesai menjalankan isolasi atau
perawatan COVID-19 dan telah dinyatakan tidak aktif menularkan COVID-19
namun belum bisa mendapatkan vaksinasi dosis kedua, diperkenankan
melanjutkan perjalanan.
g. setelah pengambilan sampel pemeriksaan konfirmasi RT-PCR saat kedatangan sebagaimana dimaksud pada huruf f.i., PPLN melanjutkan dengan:
i. pemeriksaan dokumen keimigrasian dan dokumen bea cukai;
ii. pengambilan dan desinfeksi bagasi;
iii. penjemputan dan pengantaran langsung ke hotel, tempat akomodasi penginapan, atau tempat tinggal;
iv. menunggu hasil pemeriksaan RT-PCR di kamar hotel, kamar pada tempat akomodasi penginapan, atau tempat tinggal; dan
v. tidak diperkenankan untuk meninggalkan kamar hotel, kamar pada tempat
akomodasi penginapan, atau tempat tinggal dan tidak diperkenankan untuk
melakukan interaksi dengan orang lain sebelum hasil pemeriksaan RT-PCR
menunjukkan hasil negatif.
h. dalam hal hasil pemeriksaan konfirmasi RT-PCR pada saat kedatangan sebagaimana dimaksud dalam huruf f.i menunjukkan hasil negatif, maka diberlakukan ketentuan sebagai berikut:
i. bagi PPLN yang belum bisa mendapatkan vaksinasi atau telah menerima
vaksin dosis pertama seminimalnya 14 hari sebelum keberangkatan,
diwajibkan melakukan karantina selama 5 x 24 jam;
ii. bagi PPLN yang telah menerima vaksin dosis kedua atau ketiga
seminimalnya 14 hari sebelum keberangkatan, diperkenankan melanjutkan
perjalanan;
iii. bagi PPLN usia di bawah 18 tahun dan/atau membutuhkan perlindungan
khusus, maka pengaturan karantina mengikuti ketentuan yang diberlakukan
kepada orangtua atau pengasuh/pendamping perjalanannya; atau
iv. bagi PPLN dengan kondisi kesehatan khusus atau penyakit komorbid
yang menyebabkan pelaku perjalanan belum dan/atau tidak dapat mengikuti
vaksinasi COVID-19, diperkenankan melanjutkan perjalanan.
i. dalam hal PPLN telah mendapatkan hasil negatif pada pemeriksaan konfirmasi RT-PCR saat kedatangan dan diperkenankan untuk melanjutkan perjalanan sebagaimana dimaksud pada huruf h.ii. dan huruf h.iv., dianjurkan untuk melakukan pemantauan kesehatan mandiri terhadap gejala COVID-19 selama 14 hari dengan menerapkan protokol kesehatan;
j. dalam hal hasil pemeriksaan konfirmasi RT-PCR
pada saat kedatangan sebagaimana dimaksud dalam huruf f.i menunjukkan
hasil positif, maka dilakukan tindak lanjut dengan ketentuan sebagai
berikut:
i. apabila tanpa disertai gejala atau mengalami gejala ringan, dilakukan
isolasi/perawatan di hotel isolasi atau fasilitas isolasi terpusat yang
ditetapkan pemerintah atau isolasi mandiri di tempat tinggal dengan
waktu isolasi/perawatan sesuai anjuran Kemenkes; atau
ii. apabila disertai gejala sedang atau gejala berat, dan/atau dengan
komorbid yang tidak terkontrol, dilakukan isolasi atau perawatan di
rumah sakit rujukan COVID-19 dengan waktu isolasi/perawatan sesuai
rekomendasi dari dokter dan anjuran Kemenkes; dan
iii. seluruh biaya penanganan COVID-19 dan evakuasi medis bagi WNA
dibebankan secara mandiri, sedangkan bagi WNI ditanggung pemerintah.
k. kewajiban karantina sebagaimana dimaksud dalam huruf f.ii.1) dan huruf h.i. dijalankan dengan ketentuan sebagai berikut:
i. bagi WNI PPLN, yaitu pekerja migran Indonesia (PMI);
pelajar/mahasiswa yang telah menamatkan studinya di luar negeri; pegawai
pemerintah yang kembali dari perjalanan dinas luar negeri; atau
perwakilan Indonesia dalam ajang perlombaan atau festival tingkat
internasional menjalani karantina terpusat dengan biaya ditanggung oleh
pemerintah sesuai dengan Surat Keputusan Ketua Satgas Penanganan
COVID-19 mengenai Tempat Karantina dan Kewajiban RT-PCR bagi Warga
Negara Indonesia Pelaku Perjalanan Luar Negeri;
ii. bagi WNI PPLN di luar kriteria sebagaimana dimaksud pada angka i
menjalani karantina di tempat akomodasi karantina terpusat dengan biaya
ditanggung mandiri; dan
iii. bagi WNA PPLN di luar kepala perwakilan asing dan keluarga kepala
perwakilan asing menjalani karantina di tempat akomodasi karantina
terpusat dengan biaya ditanggung mandiri.
l. terhadap PPLN yang belum bisa mendapatkan vaksinasi atau telah menerima vaksin dosis pertama dan menjalankan karantina dengan durasi 5 x 24 jam, wajib melakukan pemeriksaan RT-PCR pada hari ke-4 karantina;
m. dalam hal pemeriksaan RT-PCR sebagaimana dimaksud pada huruf l menunjukkan hasil negatif, WNI/WNA PPLN diperkenankan melanjutkan perjalanan dan dianjurkan untuk melakukan pemantauan kesehatan mandiri terhadap gejala COVID-19 selama 14 hari serta menerapkan protokol kesehatan;
n. dalam hal pemeriksaan RT-PCR sebagaimana dimaksud
pada huruf l menunjukkan hasil positif, maka dilakukan tindak lanjut
dengan ketentuan sebagai berikut:
i. apabila tanpa disertai gejala atau mengalami gejala ringan, dilakukan
isolasi/perawatan di hotel isolasi atau fasilitas isolasi terpusat yang
ditetapkan pemerintah atau isolasi mandiri di tempat tinggal dengan
waktu isolasi/perawatan sesuai anjuran Kemenkes; atau
ii. apabila disertai gejala sedang atau gejala berat, dan/atau dengan
komorbid yang tidak terkontrol, dilakukan isolasi atau perawatan di
rumah sakit rujukan COVID-19 dengan waktu isolasi/perawatan sesuai
rekomendasi dari dokter dan anjuran Kemenkes; dan
iii. seluruh biaya penanganan COVID-19 dan evakuasi medis
isolasi/perawatan bagi WNA dibebankan secara mandiri, sedangkan bagi WNI
ditanggung pemerintah.
o. dalam hal WNA PPLN tidak dapat membiayai karantina dan/atau perawatan ketika hasil pemeriksaan RT-PCR menunjukkan hasil positif, sebagaimana dimaksud pada huruf j, huruf k.iii., dan huruf n, maka pihak sponsor, K/L/BUMN yang memberikan pertimbangan izin masuk bagi WNA tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban yang dimaksud;
p. pemeriksaan tes RT-PCR sebagaimana dimaksud dalam huruf f.i. dan huruf l dapat dimintakan pembanding secara tertulis dengan mengisi formulir yang telah disediakan KKP atau Kemenkes dengan biaya pemeriksaan ditanggung sendiri oleh PPLN;
q. pelaksanaan tes pembanding RT-PCR sebagaimana dimaksud pada huruf p dilakukan secara bersamaan atau simultan oleh KKP di dua laboratorium untuk tujuan pemeriksaan pembanding S-Gene Target Failure (SGTF) dan pemeriksaan pembanding hasil RT-PCR, yaitu di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD), Rumah Sakit Bhayangkara Raden Said Sukanto (RS. Polri) atau laboratorium pemerintah lainnya (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Laboratorium Kesehatan Daerah, atau laboratorium rujukan pemerintahan lainnya);
r. KKP Bandara dan Pelabuhan Laut Internasional memfasilitasi PPLN yang membutuhkan pelayanan medis darurat saat kedatangan di Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
s. K/L/pemerintah daerah (pemda) yang menyelenggarakan fungsi terkait dengan PPLN menindaklanjuti SE ini dengan melakukan penerbitan instrumen hukum yang selaras dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
t. Instrumen hukum sebagaimana dimaksud pada huruf s merupakan bagian tidak terpisahkan dari SE ini.
6. Tempat akomodasi karantina sebagaimana dimaksud dalam angka 5.k.ii. dan angka 5.k.iii. wajib mendapatkan rekomendasi dari Satgas Penanganan COVID-19 yang telah memenuhi syarat dan ketentuan dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk kebersihan (cleanliness), kesehatan (health), keamanan (safety), dan kelestarian lingkungan (environment sustainability)-(CHSE) atau Kemenkes untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya atau dinas kesehatan provinsi di daerah terkait dengan sertifikasi protokol kesehatan COVID-19.
7. Sebagai persyaratan keberangkatan ke luar negeri dari Indonesia, WNI PPLN dengan usia 18 tahun ke atas wajib menunjukkan kartu/sertifikat (fisik ataupun digital) telah menerima vaksin COVID-19 dosis ketiga (booster) yang ditunjukkan melalui aplikasi PeduliLindungi.
8. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 7 dikecualikan bagi:
a. WNI PPLN dengan kondisi kesehatan khusus atau
penyakit komorbid yang menyebabkan pelaku perjalanan tidak dapat
menerima vaksin, dengan persyaratan wajib melampirkan surat keterangan
dokter dari rumah sakit pemerintah yang menyatakan bahwa yang
bersangkutan belum dan/atau tidak dapat mengikuti vaksinasi COVID-19;
atau
b. WNI PPLN yang telah selesai menjalankan isolasi atau
perawatan COVID- 19 dan telah dinyatakan tidak aktif menularkan
COVID-19 namun belum bisa mendapatkan vaksinasi dosis ketiga (booster),
dengan persyaratan wajib melampirkan surat keterangan dokter dari rumah
sakit pemerintah atau Kemenkes yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
sudah tidak aktif menularkan COVID-19 atau COVID-19 recovery certificate.
9. Dispensasi berupa pengecualian kewajiban karantina dapat diberikan kepada WNI PPLN yang belum mendapatkan vaksin dosis kedua dengan keadaan mendesak (seperti: memiliki kondisi kesehatan yang mengancam nyawa, kondisi kesehatan yang membutuhkan perhatian khusus, atau kedukaan karena anggota keluarga inti meninggal) dengan wajib mengikuti prosedur pemeriksaan gejala berkaitan dengan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada angka 5.f.
10. Permohonan dispensasi berupa pengecualian kewajiban karantina bagi WNI dengan keadaan mendesak sebagaimana dimaksud pada angka 9 diajukan minimal tiga hari sebelum kedatangan di Indonesia kepada Satgas Penanganan COVID-19 Nasional dan dapat diberikan secara selektif, berlaku individual, dan dengan kuota terbatas berdasarkan kesepakatan hasil koordinasi antara Satgas Penanganan COVID-19, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta Kemenkes.
11. Protokol kesehatan sebagaimana dimaksud pada angka 5 harus memenuhi syarat dan ketentuan sebagai berikut:
a. menggunakan masker kain tiga lapis atau masker medis
yang menutup hidung, mulut, dan dagu selama berada di dalam ruangan
atau ketika berada dalam kondisi kerumunan;
b. mengganti masker secara berkala setiap empat jam, dan membuang limbah masker di tempat yang disediakan;
c. mencuci tangan secara berkala menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer, terutama setelah menyentuh benda yang disentuh orang lain;
d. menjaga jarak minimal 1,5 meter dengan orang lain serta menghindari kerumunan; dan
e. diimbau untuk tidak berbicara satu arah maupun dua
arah melalui telepon ataupun secara langsung sepanjang perjalanan dengan
moda transportasi umum darat, perkeretaapian, laut, sungai, danau,
penyeberangan, dan udara.
12. Setiap operator moda transportasi di entry point perjalanan luar negeri diwajibkan menggunakan aplikasi PeduliLindungi.
13. Pengawasan kekarantinaan kesehatan kapal kargo dan awak kapal sesuai dengan pengaturan lebih spesifik dan teknis yang ditetapkan oleh Kemenkes melalui pemantauan oleh KKP masing-masing entry point perjalanan luar negeri.
“Dengan berlakunya Surat Edaran ini, Surat Edaran Nomor 19 Tahun 2022 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Addendum Surat Edaran Nomor 19 Tahun 2022 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. (SATGAS PENANGANAN COVID-19/UN)