BANDA ACEH - Tim dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Dinas Pangan Pertanian Kelautan dan Perikanan Kota Banda Aceh memantau salah satu kebun selada milik Suwardi di Gampong Lampoh Daya, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh, Jumat (5/2/2021). Suwardi merupakan salah satu petani yang dibina oleh penyuluh DPPKP Kota Banda Aceh.
Suwardi bercerita awal mula muncul ide menanam dengan konsep hidroponik dan aquaponik ini berawal saat ia melihat sang ayah yang masih menanam dengan media tanam tanah, mengingat sulitnya proses perawatan tanaman di bidang tanah, ia berfikir untuk berenovasi mencari cara menanam lebih modern.
“Sejak 2018 saya bangun untuk orang tua. Kemudian saya mencoba untuk mengubah mindset orang tua untuk bertani lebih modern jadi kita carikan konsep dan ide-ide baru apa yang bisa dikembangkan,” ungkapnya.
Saat pertama uji coba ia sempat mengalami kegagalan lantaran nutrisi yang ia berikan tertukar dengan garam yang semestinya ia campurkan dengan pupuk NPK atau pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium.
“Rupanya terpakai garam jadi saya campurkan ke dalam air kemudian saya liat sayurnya mati,” kenang pria kelahiran Banda Aceh tahun 1989 itu.
Namun kini, ratusan selada sudah berbaris subur di kebun miliknya, setidaknya ia telah merogoh kocek Rp 150 juta untuk kebun itu. Tak ayal, perbulan ia mampu menghasilkan mencapai Rp 15 juta per bulan.
“Karena permintaan selada sekarang lagi banyak saya lihat peluangnya bagus ini. Kisaran 15 jutaan mungkin ada kalau kita kelola dengan baik dan benar insyaallah sekitar Rp15 jutaan,”
Adapun selama proses penanaman ia mengaku turut didampingi oleh para penyuluh dari DPPKP Kota Banda Aceh. Menurutnya, peran serta penyuluh dalam melakukan pendampingan terhadap petani sangatlah dibutuhkan.
“Penyuluh itu seperti motor penggerak utama dalam memajukan pertanian, mereka kan punya ilmu dan digiatkan untuk membantu pentani dalam meningkatkan hasil pertanian mereka,” sebutnya.
“Alhamdulillah selama ini penyuluh di Banda Aceh sangat membantu saya disini seperti ada kayak penyuluh dari Kecamatan Meuraxa, mereka selalu membimbing dan mensupport dan datang seminggu sekali atau dua minggu sekali melihat tanaman kita, kemudian kita sharing dimana kelebihan dan kekurangannya mereka juga sering mempromosikan.”
Sementara itu, Kasi Penyuluhan DPPKP Drh. Roni Hidayat menyebutkan, setidaknya ada 45 penyuluh yang terbagi di setiap gampong di Kota Banda Aceh yang terdiri dari 22 PNS dan 23 Tenaga Harian Lepas (THL).
Adapun tugas penyuluh yaitu memberikan penyuluhan dan mendampingi para petani dan peternak yang ada di gampong tersebut.
“Jadi mereka memberikan penyuluhan terkait tata cara menanam hingga pemasaran. Kalau di bidang peternakan begitu juga gimana kesehatan hewannya, cara memberikan pakan yang baik,” jelasnya.
Bagi masyarakat yang ingin didampingi oleh penyuluh katanya, bisa menjumpai penyuluh di setiap gampong atau langsung ke kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) di tiga titik yaitu BPP Lueng Bata yang menjangkau Kecamatan Lueng Bata, Banda Raya dan Baiturrahman; kemudian BPP Ulee Kareng yang menjangkau Kecamatan, Ulee Kareng, Syiah Kuala dan Kuta Alam; serta BPP Meuraxa yang menjangkau Kecamatan Meuraxa, Kuta Raja dan Jaya Baru.
“Pada prinsipnya kita di setiap desa di Kota Banda Aceh kita ada penyuluh, masyarakat bisa langsung mengadu ke setiap penyuluh yang ada di desa dan juga ke BPP langsung,” katanya.
Ia berharap, penyuluh dapat membina masyarakat untuk bisa menghasilkan pangan segar, apalagi di masa Covid-19.
“Bisa membina petani dan peternak di Kota Banda Aceh untuk bisa lebih maju, sekurang-kurangnya bisa untuk dikonsumsi sendiri.”(Ah/Hz)
DISKOMINFOTIK BANDA ACEH